Wednesday, 11 May 2016

SEJARAH DESA BATUJAI

SEJARAH DESA BATUJAI
A. Asal Muasal Nama Desa Batujai
Desa Batujai berasal dari Kata Batu dan Jejai sehingga disingkat menjadi BATUJAI. Batu artinya Batu seperti yang diketahui kebanyakan orang pada umumnya dan Jejai adalah sebuah benda panjang yang memiliki lubang ditengahnya. Konon pemberian nama Desa Batujai ini atas kesepakatan para tokoh masyarakat yang mempunyai peran penting disana. Seperti kasta tertinggi di Desa ini adalah Raden. Raden adalah sebuah kasta yang di hormati dan dihargai karena mereka merupakan keruturunan raja-raja terdahulu yang ada di Lombok. Jadi para Raden inilah yang memberikan nama Desa Batujai dengan hasil musyawarah/kesepakatan bersama dengan tokoh-tokoh agama dan masyarakat biasa pada waktu itu. Pemberian nama desa Batujai ini disepakati dengan adanya sebuah batu besar yang berbentuk seperti Jejai. Batu ini memiliki 2 lubang yang mempunyai kedalaman 1m dan lebar 10cm meter. Konon salah satu lubang ini berisikan air yang tidak pernah penuh ketika musim hujan dan tidak kering ketika musim kemarau. Dan lubang yang satunya lagi tetap kering dan tidak pernah memiliki air. Dan diceritakan batu yang berair ini sebagai tempat untuk memandikan keris pusaka yang sangat sakti, keris ini bernama “Belabur Mande” Keris ini merupakan penjaga Desa Batujai. Apabila ada bahaya yang datang melanda seperti peperangan dan sebagainya maka keris ini akan dimandikan di batu tersebut supaya Desa Batujai tetap aman dan selamat dari bahaya. Tidak sembarang orang yang dapat memegang keris ini. Keris ini hanya boleh dipegang oleh pemiliknya dan hanya boleh dimandikan oleh pemiliknya. Jika yang memandikan keris ini orang lain yang tidak mempunyai hak atasnya maka dikhawatirkan Desa Batujai akan mendapat bencana dan bahaya yang akan menimpanya. Terlepas dari benar atau tidaknya cerita tersebut, itu semua adalah asal-usul terbentuknya nama desa ini. Kita hanya yakin kepada Allah yang maha kuasa. Tiada daya dan upaya selain dengan izinnya.

B. Letak Geografis Desa Batujai
Desa Batujai merupakan sebuah Desa yang terletak di wilayah Lombok tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Desa ini merupakan salah satu Desa dari sekian banyak Desa yang ada di wilayah Lombok tengah. Untuk mengetahui lebih jelasnya, Desa ini dekat dengan Bandara Internasional Lombok atau biasa disebut dengan BIL. Trasnsportasi lalu lintas yang menuju ke BIL akan melewati Desa ini dikarenakan berada tepat di pinggir jalan yang menuju ke BIL.
Desa Batujai juga berdampingan dengan beberapa Desa lainnya dimana
di wilayah timur berdampingan dengan Desa tanaq awu
di selatan berdampingan dengan Desa dareq
di utara berdampingan dengan Desa lajut dan di barat berdampingan dengan desa tandek
Desa Batujai terbagi menjadi dua musim, yaitu Musim panas dan Musim hujan.

1. Musim Panas


Gambar ilustrasi musim kering

Ketika musim kering, Desa Batujai akan sedikit kesulitan mendapatkan air di sungai mereka. Ini di karenakan sumber sungai mereka terletak di sebuah Bendungan besar yang menampung air dan dialirkan ke sungai yang menuju Desa Batujai. Bendungan ini sendiri kepunyaan Desa Batujai yang di bangun pada zaman presiden soeharto. Beliaulah yang mendukung pembangunan bendungan di Desa Batujai sekaligus mendanai semua pembangunan bendungan tersebut. Bendungan ini juga digunakan sebagai tempat wisata karena memiliki panorama yang indah dan sejuk yang didalamnya banyak pohon-pohon besar ditanam disana. Jika bendungan ini kering (Airnya Sedikit), maka sungai-sungai akan menjadi kering, sawah-sawah pun menjadi kering Sehingga para petani yang ada disana kesulitan untuk mengairi sawah mereka. Ini akan berdampak pada hasil panen mereka.
Perlu diketahui bahwa Desa Batujai menjadi sangat kekeringan di musim panas dikarenakan letak geografisnya berada pada dataran tinggi. Jika di Batujai dataran tinggi, maka di kota mataram atau Lombok barat adalah dataran rendah. Secara teori air mengalir dari daerah tinggi ke daerah yang lebih rendah. Itulah sebabnya mengapa di daerah Batujai kering dan di kota Mataram atau Lombok Barat tetap subur saat musim panas. Tidak hanya di Desa Batujai, hampir seluruh Desa yang ada di Lombok tengah menuju ke selatan memiliki nasib yang sama. Mulai dari Batujai, tanaq awu, sengkol, Sade, Rembitan dan masih banyak lagi Desa-Desa yang bernasib sama ketika musim panas.

2. Musim Hujan

Ketika musim Hujan, Desa Batujai sama seperti dengan Desa-Desa lain. Tumbuh-tumbuhan akan berkembang, rumput-rumputan kecil akan tumbuh menjalar dengan cepat memenuhi setiap tanah yang ada di Desa itu. Semak belukar pun bergembira karena musim hujan sudah tiba. Air di waduk Bendungan Batujai pun Penuh dan ikan-ikan mujair, nila, dan lain sebagainya terlihat mengambang-ambang bermain di permukaan air bendungan. Para pemancing juga bersiap-siap memasang pancing dan jaring mereka untuk berlomba mendapatkan ikan sebanyak mungkin. Tanah-tanah menjadi sangat subur dan tidak pernah terjadi banjir. Setiap irigasi dipenuhi air yang berlari dengan derasnya. Para petani bersiap-siap mengolah kembali lahan mereka yang sudah siap untuk ditanami kebutuhan pokok seperti padi dan lain sebagainya. Begitulah gambaran Desa Batujai pada saat musim hujan

C. Masyarakat di Desa Batujai
Desa Batujai memiliki beberapa anak Desa (Dusun). Dusun ialah sebutan bagi wilayah yang lebih kecil dari Desa/bagian dari desa. Kalau dikota biasa dipanggil dengan RT. Ada beberapa RT yang ada di Desa Batujai diantaranya ialah. Batu Beduk, Dasan Baru, Semundi, Sorak, Bunklotok, Wage, Gabak, Ketangge, Lolat, Ronseng, Mengilok, Belong, Kebon Re dan masih banyak lagi. Semua itu berada di bawah naungan Desa Batujai. Masyarakat Batujai adalah masyarakat yang memiliki keberagamaan yang tinggi, dalam arti spritualitas sangat mereka utamakan. Berbagai macam pengajian di rutinkan di setiap masjid pada hari-hari tertentu. Pengajian ini disampaikan oleh Tuan Guru yang ada di Desa Batujai maupun tuang guru yang ada di Desa lain yang diundang untuk mengisi pengajian. Biasanya pengajian diprogramkan sekali dalam seminggu dan ini diterapkan di semua masjid di Desa Batujai. Di Desa ini juga terdapat banyak sekali para dai-dai. Mereka berkeliling menyebarkan agama Allah di semua RT. Dan seperti kebiasaan para dai disana, mereka menginap di masjid-masjid tempat mereka menyebarkan agama Allah selama 3 hari 3 malam. Malamnya mereka bermuzakarah, ceramah, sedangkan sorenya mereka berkeliling kampung mengajak masyarakat untuk naik ke masjid bersama-sama mendirikan ibadah sholat.

gambar ilustrasi: pengajian

Tidak hanya itu, kegiatan keagamaan juga sering di praktekan dalam kehidupan sehari-hari sebagai masyarakat sosial. Contoh nyatanya, semua masyarakat Desa Batujai mengadakan syukuran dengan cara zikiran bersama ketika mereka mempunyai rumah baru, ini dilaksanakan supaya rumah yang baru jadi tersebut bisa menjadi rumah yang baik, enak ditempati, serta tidak senang dihuni oleh makhluk-makhluk jahat seperti jin dan iblis.
Begitu pula bagi masyarakat yang mempunyai motor baru, mereka juga mengadakan syukuran dengan cara zikiran bersama atau serakalan bersama dengan membaca barzanji pada malam harinya. Mereka percaya dengan mengadakan syukuran maka sesuatu yang baik akan terjadi pada diri mereka, dengan harapan semoga dijauhi dari kecelakaan, semoga motor baru diberkahi Allah SWT. Dan digunakan sebaik-baiknya untuk mencari rizki. Ini terjadi di hampir semua RT di Desa Batujai, contohnya seperti RT Baduk Beduk, Baregabak, Kampis, Dasan Baru, Semundi. Dan masih banyak lagi RT yang tak bisa di uraikan satu persatu.

gambar gotong royong

Dizaman sekarang ini pada tahun 2016 ketika artikel ini ditulis, sampai saat ini masyarakat Batujai masih memillik solidaritas/persatuan yang tinggi. Seperti gotong royong bersama dalam membangun rumah, membangun jalan-jalan kecil di dalam lingkungan. Mengadakan pembersihan bersama di kuburan, mengadakan pembersihan bersama di pinggir-pinggir jalan, dan gotong royong dalam acara begawe. faktor pendukungnya ialah tidak adanya batas antara rumah yang satu dengan rumah lainnya. Jika di perkotaan biasanya memiliki batas rumah seperti tembok yang tinggi, adanya gerbang dan lain sebagainya, dapat membuat interaksi antara rumah yang satu dengan rumah yang lainnya terhalangi. Tapi di Batujai berbeda, Mereka tidak membuat gerbang rumah atau tembok-tembok tinggi sebagai pembatas, melainkan hanya beberapa tanaman bunga sepatu yang tingginya setinggi lutut, bahkan ada juga yang tak memiliki pembatas. Sehingga interaksi antara satu rumah dengan rumah yang lainnya lebih mudah di lakukan.

D. Mata Pencaharian Masyarakat Desa Batujai
Pada umumnya, kebanyakan masyarakat di Desa Batujai dalam menafkahi keluarganya dilakukan dengan cara bertani. Pada musim hujan mereka pergi kesawah untuk mengolah sawah-sawah mereka dengan mesin traktor. Dan setelah sawah selesai di olah dengan baik serta tanahnya sudah dirapikan, maka tahap selanjutnya ialah menanam bibit padi. Dalam beberapa minggu bibit padi akan tumbuh menjadi anak padi. Dan anak padi pun siap di tanam. Dalam menanam anak padi ini, jasa yang digunakan adalah jasa para Ibu-Ibu, dimana mereka diberi upah oleh pemilik sawah untuk menanamkan anak padinya. Ibu-Ibu yang di upah berjumlah lebih dari 2 orang. Jika sawahnya luas maka jasa yang digunakan akan semakin banyak, berkisar santara 15-20 orang. Jika sawahnya kecil maka dibutuhkan 2-10 orang. Tergantung pemilikya. Jika ingin cepat selesai, mereka menggunakan lebih banyak orang. Dari sinilah mereka mendapatkan upah.

gambar ilustrasi: ibu-ibu sedang menanam anak padi

Pada musim panen, pemilik sawah juga membutuhkan jasa untuk memanen sawahnya. Jasa yang digunakan adalah jasa Ibu-Ibu, bapak-bapak, ataupun anak muda asalkan mereka sanggup untuk membantu. Setelah proses pemanenan selesai, pemillik sawah akan memberikan upah kepada mereka berupa padi. Perbandingannya jika mendapatkan 1 kwintal padi, maka mereka akan diupah 20-25 kg.

gambar ilustrasi: pemanenan padi

Selain padi, beberapa masyarakat khususnya Ibu-Ibu yang ada di beberapa RT/Dusun mengerjakan kain tenun. Kain tenun ini adalah hal yang paling laris disana. Karena kain tenun ini di beli dengan harga tinggi oleh para pengumpul, sementara pengumpul menjualnya ke turis-turis lokal maupun non lokal. Proses kain tenun ini tidak mudah, butuh beberapa minggu untuk menghasilkan satu kain tenun yang panjangnya sekitar 1,5m sampai 2m. Butuh keterampilan yang cermat dan teliti saat proses pengerjaan kain tenun ini. Kain tenun ini dikerjakan dengan cara duduk oleh Ibu-Ibu rumah tangga. Mereka duduk seharian membuat kain tenun dengan alat-alat tradisional seperti bambu dan kayu. Bentuknya pun sangat unik mencerminkan ciri khas orang sasak.

gambar usaha kain tenung

seperti kebanyakan orang, masyarakat di Desa Batujai juga ada yang berdagang serta berbisnis. Mereka percaya bahwa selain bertani, berdagang juga adalah salah satu cara mendapatkan hasil yang paling menjanjikan. Mereka berdagang apa saja yang dibutuhkan para petani seperti pupuk, jaring padi, tali dan lain sebagainya. Sekarang di tahun 2016 ini masyarakat Batujai sudah banyak sekali yang memenuhi kebutuhan mereka dengan cara berdagang. Mulai dari makanan, toko bangunan, toko pakaian, obat-obatan dan lain sebagainya. Walapun begitu, mereka tidak akan terlepas dari kegiatan bertani dikarenakan hal tersebut merupakan kebiasaan yang mereka lakukan sejak kecil serta luasnya persawahan di daerah tersebut.
Masyarakat Batujai juga masyarakat yang berpendidikan. Terdapat banyak sekolah di Desa ini mulai dari SD, SMP,SMA. Dan sekolah-sekolah Islam juga banyak di Desa tersebut. oleh karena itu mereka juga ada yang berprofesi sebagai Guru dan PNS.
itulah sedikit gambaran mengenai desa batujai kecamatan praya barat kabupaten lombok tengah

No comments:

Post a Comment